PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) kembali menyelenggarakan kompetisi Socio Digi Leaders (SDL), yaitu program untuk mendorong sekaligus menjaring talenta muda berbakat yang memiliki kepekaan sosial untuk mengimplementasikan ide dan gagasannya. Berbeda dengan tahun sebelumnya, SDL 2017 tidak hanya sebatas solusi berbasis aplikasi digital dan pesertanya pun tak terbatas dari dalam negeri saja. SDL juga merupakan salah satu cara untuk mendorong generasi muda berinovasi dan berkontribusi untuk dunia yang lebih baik.
Dalam paparannya, Direktur Human Capital Management Telkom Herdy Harman menjelaskan konsep SDL 2017. “Tahun ini SDL memiliki lebih meluas ke bidang hukum, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, pariwisata, dan banyak lagi. Semua problematika masyarakat dunia kita fasilitasi solusinya, yang penting memecahkan masalah dan aplikatif,” ujar Herdy Harman ketika meluncurkan SDL 2017 di Kampus Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, Senin (15/5).
“Telkom menyadari kunci bisnis yang berkelanjutan adalah ketika inovasi terus dikembangkan. Bukan saja inovasi yang bisa mendorong bisnis lebih besar, juga berbagai inovasi yang bisa memecahkan masalah dan aplikatif untuk masyarakat dunia,” lanjut Herdy.
Cakupan kompetisi SDL 2017 akan lebih besar. Bukan hanya mahasiswa aktif ataupun fresh graduate yang berasal dari Indonesia, SDL 2017 juga mengundang mahasiswa luar negeri di seluruh dunia untuk turut ambil bagian sebagai peserta kompetisi. Selain itu, syarat lain dari peserta kompetisi adalah berusia maksimal 27 tahun.
“Australia dan Singapura menjadi dua target negara utama aktivasi SDL tahun ini selain Indonesia. Sehingga, target proposal peserta tahun ini meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya, menjadi 500 proposal,” imbuh Herdy. Untuk mencapai target tersebut, Telkom mengadakan roadshow ke kampus-kampus di Singapura dan Australia pada bulan Mei 2017.
Dengan melibatkan peserta yang berasal dari wilayah yang lebih luas, SDL 2017 diharapkan dapat memberikan sumbangan ide yang lebih banyak untuk kemajuan dunia. “Menandai dimulainya rangkaian kompetisi SDL 2017 ini, kami melaksanakan roadshow ke Nanyang Technological University (NTU), National University of Singapore (NUS), University of New South Wales (UNSW), University of Sydney, dan University of Melbourne. Kami akan ajak mahasiswa asing berpartisipasi, sekaligus juga mahasiswa Indonesia yang ada di kampus-kampus tersebut untuk turut serta pada kompetisi ini dan memberi sumbangan ide demi dunia yang lebih baik,” tandas Herdy.
SDL 2017 menawarkan insentif yang menarik. “Seperti tahun sebelumnya, SDL 2017 juga akan memberikan insentif kepada tim-tim terbaik. Hal yang utama dan mungkin paling menarik adalah kesempatan direkrut menjadi karyawan Telkom,” ujar Herdy.
Tahun lalu Telkom merekrut 16 peserta menjadi karyawan Telkom. “Tahun ini tak ada target jumlah peserta yang akan direkrut menjadi karyawan. Tapi yang peserta yang berkualitas lah yang akan kami tawarkan. Namun demikian, mereka pun berhak tidak mengambil lowongan tersebut,” terang Herdy. Selain menjadi karyawan, insentif lainnya adalah uang tunai, bantuan beasiswa kuliah, serta studi banding ke sejumlah negara di Asia dan Eropa.
Adapun mekanisme lomba diawali dengan pengiriman video singkat tentang ide terobosan sosial dengan submission deadline tanggal 30 Juni nanti. Setelah itu, akan dipilih 100 tim terbaik yang kemudian akan dikerucutkan menjadi 25 tim untuk mengikuti paid internship dan bootcamp di Bali. Selanjutnya, akan dipilih 10 tim yang masuk ke babak grand final. Tiga tim terbaik akan diumumkan pada September 2017.
Kompetisi Socio Digi Leaders 2016 lalu memberangkatkan tiga pemenang ke tiga negara yakni Amerika Serikat untuk pemenang pertama yaitu Tim Tukangpedia. Hongkong bagi Tim Vestifarm sebagai juara kedua dan Singapura untuk Tim Angkuts sebagai juara ketiga. Pada kunjungan tersebut, para pemenang diberi kesempatan untuk bertemu langsung dengan para mentor yang ahli di bidang sociopreneur dan inkubator global, antara lain Google, Facebook, Plug & Play di Silicon Valley, Amerika Serikat; Net CV di Hong Kong; serta Pay Pal Incubator di Singapura.
No responses yet